Bandar Lampung – Program Koperasi Merah Putih yang tengah digalakkan pemerintah mendapat dukungan dari DPRD Lampung.
Anggota DPRD Lampung, Diah Darma Yanti, menilai program ini sejalan dengan inisiatif Credit Union (CU) yang telah berkembang di Lampung Timur melalui organisasi Perempuan Timur.
Namun, menurut anggota Fraksi PAN Lampung ini, terdapat perbedaan dalam pengelolaan Credit Union di Lampung Timur dengan Koperasi pada umumnya.
Menurut aktivis perempuan Lampung ini, latar belakang terbentuknya Credit Union bagi para perempuan di Lampung Timur berawal dari kelompok-kelompok kecil yang mengalami keterbatasan penghasilan.
Terlebih, kata dia, kaum perempuan di pedesaan tergolong dalam kategori marginal yang tidak memiliki jaminan usaha yang pasti.
Dari situlah, perkumpulan perempuan Damar bersama Persatuan Perempuan Lampung Timur atau Perempuan Timur membentuk sebuah organisasi yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
“Selain melakukan advokasi, kami juga melakukan empowerment atau pemberdayaan terhadap perempuan. Kami punya beberapa kelompok perempuan di Lampung, salah satunya di Lampung Timur yang diketuai oleh Mba Indah Lestari. Dari situlah terbentuk kelompok-kelompok yang kemudian menginisiasi unit usaha Credit Union (CU),” kata Diah saat diwawancarai Awak Media Lampung, Kamis (13/3/2025).
ia menceritakan bahwa CU terbentuk karena sering mendengar keluhan dan melihat kebutuhan perempuan di pedesaan yang semakin besar.
Sementara itu, mayoritas perempuan desa tidak memiliki penghasilan dan bingung harus melakukan apa untuk menambah pendapatan guna meringankan beban keluarga.
“Kami melihat banyak perempuan yang ingin berusaha tetapi kesulitan mendapatkan modal. Oleh karena itu, pada tahun 2015, para perempuan mulai berinisiatif melakukan simpan pinjam yang kemudian diberi nama Credit Union (CU),” tuturnya.
Konsep yang digunakan dalam menjalankan unit usaha Credit Union ini, menurut Diah, sangat sederhana.
“Tidak ada dokumen legal. Pembentukan ini didasarkan pada kepercayaan antar anggota kelompok dengan komitmen yang sama. Awalnya, setiap anggota mengumpulkan uang senilai Rp 25 ribu per orang, dengan jumlah awal 15 orang dalam satu kelompok, serta simpanan kelompok hanya Rp 50 ribu,” jelasnya.
“Perkembangannya ternyata luar biasa. Kelompok yang awalnya hanya 15 orang kini bertambah menjadi 37 orang. Alhamdulillah, omzetnya yang semula hanya Rp 800 ribu pada tahun 2024, kini mencapai lebih dari Rp 538 juta,” ungkapnya.
Menurutnya, dalam mengelola CU, para perempuan tidak menunjuk satu bendahara khusus untuk menghindari pengendapan uang pada satu orang saja.
“Jadi, uang terus berputar bagi mereka yang membutuhkan, dengan bunga sebesar 2 persen tiap pinjaman. Itulah yang menjadikan unit usaha ini berkembang pesat,” ucapnya.
Dengan inisiatif tersebut, CU dapat membantu keluarga perempuan desa, di mana mayoritas suaminya bekerja sebagai petani dan nelayan.
“Mereka bisa membantu permodalan suami dan membuka usaha lain tanpa beban dan tanpa jaminan usaha saat menggunakan uang tersebut,” ujarnya.
Terkait program Koperasi Merah Putih yang digagas pemerintah pusat, Diah Dharma Yanti menyambut baik.
“Jika program ini berjalan, tentu akan sangat membantu masyarakat. Terlebih, kami telah membuktikannya melalui CU. Sebagai anggota DPRD, saya siap jika diminta mempresentasikan konsepnya secara lebih mendalam,” pungkasnya.
CU Jadi Solusi Ekonomi Perempuan Desa
Terpisah, Ketua Perempuan Timur, Indah Lestari, menjelaskan bahwa CU lahir dari kebutuhan perempuan akan akses permodalan yang mudah dan berbasis gotong royong.
“Kami melihat banyak perempuan yang ingin berusaha tetapi kesulitan mendapatkan modal. Oleh karena itu, CU menjadi solusi berbasis kebersamaan agar mereka bisa mandiri secara ekonomi,” kata Indah.
Dia menjelaskan bahwa salah satu CU pertama yang dibentuk adalah CU Harapan Sejahtera (CU HARTA) di Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur.
Bermula dari modal Rp 825 ribu, kini CU HARTA berkembang pesat dengan aset mencapai Rp 538.541.000 pada Desember 2024. Keberhasilan ini diikuti oleh CU Mandiri Sejahtera (CU MANTERA), yang saat ini memiliki aset Rp 667.812.000.
Antusiasme masyarakat semakin meningkat.
Pada Mei 2024, CU Bahagia Sejahtera (CU BAHTERA) resmi berdiri, sementara pada 2025, rencana pendirian CU Muslimat Batanghari tengah disiapkan.
Bahkan, kelompok perempuan nelayan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, juga mengajukan pembentukan CU.
Menurut Indah, keberhasilan CU di Lampung Timur tidak lepas dari prinsip dasar yang dipegang teguh, yaitu:
1. Swadaya dan Komitmen Anggota – Modal berasal dari anggota sendiri, sehingga tanggung jawab dalam pembayaran tetap terjaga.
2. Edukasi dan Literasi Keuangan – Setiap anggota mendapatkan pemahaman tentang pengelolaan keuangan yang baik.
3. Berbasis Kebutuhan, Bukan Keinginan – Dana yang dipinjamkan benar-benar digunakan untuk usaha produktif yang bisa membantu keluarga.
4. Solidaritas dan Gotong Royong – Anggota yang memiliki kelebihan dana bisa menabung, sementara yang membutuhkan dapat mengajukan pinjaman dengan bunga rendah, hanya 2 persen.
“Tanpa agunan dan berlandaskan semangat saling membantu, CU menjadi solusi bagi perempuan desa dalam menopang ekonomi keluarga,” tuturnya.
Dengan semakin besarnya manfaat CU, Indah menyampaikan target ke depan adalah membentuk CU di setiap desa di Lampung Timur.
“Kami memiliki target membentuk CU di setiap desa di Lampung Timur. Di bawah pembinaan anggota DPRD Lampung sekaligus aktivis perempuan, Ibu Diah Dharma Yanti, kami optimis bisa mewujudkannya,” ucapnya.
“Kami juga sangat berterima kasih kepada Mbak Diah yang selalu mendukung kami dalam menjalankan program ini. Kami yakin, dengan kebersamaan, CU bisa menjadi tonggak kemandirian ekonomi perempuan di desa,” pungkas Indah. (Red/Rls/Adv)