Generasi muda saat ini, sering disebut sebagai generasi Z atau generasi digital, tumbuh dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh teknologi. Mereka lebih akrab dengan media sosial, perangkat pintar, dan berbagai aplikasi digital. Hal ini menciptakan tantangan baru bagi layanan BK, seperti meningkatnya kasus kecanduan internet, cyberbullying, dan tekanan psikologis akibat perbandingan sosial di media digital. Di sisi lain, siswa juga mengharapkan pendekatan konseling yang lebih modern dan interaktif, sesuai dengan gaya hidup mereka. Salah satu perilaku khas yang sering muncul di kalangan Gen Z adalah membolos dari sekolah. Membolos, dalam konteks generasi ini, sering kali terkait dengan perasaan bosan terhadap metode pembelajaran konvensional yang dianggap kurang relevan, serta ketergantungan pada aktivitas digital seperti bermain game online atau menghabiskan waktu di media sosial.
Perilaku membolos merupakan salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh sekolah dalam mendidik siswa. Fenomena ini tidak hanya melanggar norma-norma sosial, tetapi juga berpotensi merusak perkembangan pribadi siswa serta prestasi akademik mereka. Faktor-faktor yang mendorong perilaku ini dapat bersifat internal, seperti kurangnya motivasi, atau eksternal, seperti pengaruh lingkungan dan teman sebaya. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan inovatif dalam layanan bimbingan konseling (BK) yang mampu menyentuh nilai-nilai mendasar siswa. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah bibliokonseling yang mengintegrasikan kearifan lokal sebagai media pembelajaran dan pembentukan karakter.
Kearifan Lokal sebagai Sumber Nilai Positif
Kearifan lokal mengacu pada pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat tertentu. Dalam konteks pendidikan, kearifan lokal dapat menjadi sumber inspirasi untuk menanamkan nilai-nilai positif seperti kedisiplinan, kerja keras, dan tanggung jawab. Di Banten, misalnya, seni tradisional debus mengajarkan ketekunan, keberanian, dan kedisiplinan melalui latihan yang intens dan penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kesenian debus, yang pada awalnya berfungsi sebagai media dakwah dan perjuangan melawan penjajahan, kini dapat dimanfaatkan dalam pendidikan untuk membentuk karakter siswa. Nilai-nilai yang terkandung dalam seni debus, seperti ketangguhan fisik dan mental, kerja sama, dan kedisiplinan, sangat relevan untuk membangun pribadi siswa yang lebih baik, terutama mereka yang cenderung memiliki perilaku menyimpang seperti membolos.
Bibliokonseling sebagai Media Terapi dan Pembelajaran
Bibliokonseling adalah metode konseling yang memanfaatkan literatur sebagai media untuk membantu konseli memahami dan menyelesaikan masalah mereka. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk merefleksikan diri melalui cerita, puisi, atau narasi yang relevan dengan situasi mereka. Dalam konteks perilaku membolos, bibliokonseling dapat digunakan untuk mengajarkan pentingnya kedisiplinan dan tanggung jawab melalui kisah-kisah yang diambil dari kearifan lokal, seperti seni debus.
Dalam proses bibliokonseling, konselor tidak hanya berperan sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai penghubung antara siswa dan nilai-nilai positif yang terkandung dalam literatur. Kisah-kisah tentang ketekunan pemain debus, misalnya, dapat menginspirasi siswa untuk mengatasi tantangan mereka sendiri. Proses ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap budaya lokal mereka, tetapi juga membantu mereka menanamkan nilai-nilai karakter yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Inovasi dalam Layanan Bimbingan Konseling
Integrasi kearifan lokal ke dalam layanan BK melalui bibliokonseling merupakan inovasi yang efektif dan relevan. Pendekatan ini tidak hanya memberikan solusi praktis untuk masalah perilaku membolos, tetapi juga memperkaya pengalaman siswa dengan memperkenalkan mereka pada budaya dan tradisi mereka sendiri. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar untuk lebih disiplin, tetapi juga lebih menghargai identitas budaya mereka.
Penggunaan kearifan lokal dalam BK juga memberikan dimensi baru pada proses konseling. Dibandingkan dengan metode konvensional yang cenderung berfokus pada percakapan verbal, bibliokonseling memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif melalui eksplorasi literatur. Selain itu, pendekatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan makna dan solusi atas masalah mereka secara mandiri, yang pada akhirnya meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi mereka.
Kearifan lokal, seperti seni debus Banten, menawarkan potensi besar sebagai media dalam layanan BK untuk mengatasi perilaku menyimpang seperti membolos. Melalui integrasi kearifan lokal dalam pendekatan bibliokonseling, siswa tidak hanya mendapatkan pemahaman baru tentang nilai-nilai positif, tetapi juga memperkuat rasa identitas budaya mereka. Inovasi ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter dapat dilakukan secara kreatif dan relevan dengan kebutuhan siswa, sekaligus menjaga warisan budaya yang berharga. Dengan demikian, bibliokonseling berbasis kearifan lokal tidak hanya menjadi solusi praktis untuk masalah siswa, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian nilai-nilai budaya bangsa.
Note: Tulisan ini merupakan berbagi praktik baik dalam inovasi bimbingan konseling oleh Perawati, S. Sos, Gr. (Mahasiswi Magister Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Tahun Akademik 2024/2025, dan Guru Bimbingan Konseling di SMAN 1 Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten)