Banten – Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) menggelar serangkaian kegiatan pencegahan stunting di Provinsi Banten.
Aksi pencegahan stunting oleh GKMNU Banten dilaksanakan pada tanggal 4-8 November 2024 di Pandeglang, Banten.
Pencegahan stunting yang dilakukan GKMNU Banten ini dengan mengusung perspektif agama.
Aksi ini bertujuan untuk menurunkan prevalensi stunting yang masih tinggi di Indonesia.
Dengan fokus pada pendekatan yang mudah diterima oleh masyarakat.
Selain itu, aksi ini dilaksanakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI.
Serangkaian kegiatan pencegahan stunting tersebut meliputi berbagai pelatihan.
Pelatihan tersebut seperti peningkatan kapasitas kader desa, penguatan kader Posyandu, penguatan kelembagaan Posyandu, pelatihan peer educator untuk remaja, bimbingan perkawinan bagi calon pengantin, serta workshop pencegahan stunting dengan perspektif agama untuk kepala sekolah dan guru.
Tujuan utama dari aksi ini adalah membangun pemahaman masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting dengan pendekatan berbasis agama yang lebih mudah dipahami dan diterima.
Di Kabupaten Pandeglang, tepatnya pada 8 November 2024, digelar workshop tentang pencegahan stunting di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Pandeglang.
Workshop ini dihadiri oleh 105 peserta yang terdiri dari kepala sekolah dan guru di tingkat sekolah menengah atas.
Pandeglang menjadi salah satu daerah dengan angka prevalensi stunting yang cukup tinggi di Banten, sehingga kegiatan ini dianggap sangat penting untuk memberikan dampak positif bagi penurunan stunting di wilayah tersebut.
Lukman Hakim, Satgas GKMNU Kabupaten Pandeglang, mengungkapkan bahwa Kabupaten Pandeglang memiliki prevalensi stunting sebesar 24 sampai 29 persen, yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka prevalensi nasional yang mencapai 21,3 persen.
Ia berharap bahwa dengan adanya kegiatan ini, GKMNU dapat berkontribusi aktif dalam menurunkan angka stunting, khususnya di Pandeglang yang merupakan salah satu daerah yang menjadi fokus pencegahan.
“Melalui program Cegah Stunting Perspektif Agama (CSPA) ini, kami berharap dapat memberikan dampak positif dalam menurunkan angka prevalensi stunting di Pandeglang. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat dan menciptakan keluarga yang maslahat,” ujar Lukman Hakim.
Workshop ini juga menjadi kesempatan bagi kepala sekolah dan guru untuk lebih proaktif dalam memberikan edukasi kepada siswa, khususnya remaja putri, mengenai stunting dan pentingnya konsumsi tablet tambah darah (TTD) secara rutin.
Edukasi ini diharapkan dapat membantu mengurangi kekurangan gizi, salah satu faktor utama yang berkontribusi pada tingginya angka stunting di Indonesia.
GKMNU juga mengarahkan programnya ke 10 kabupaten di Provinsi Banten dan Jawa Tengah.
Di Provinsi Banten, selain Kabupaten Pandeglang, daerah lain yang menjadi sasaran adalah Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, dan Desa Angsana.
Peserta yang terlibat mencakup berbagai elemen masyarakat, seperti Kepala Puskesmas, Bidan Desa, Kader Posyandu, Penyuluh KB, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, MWC NU, GP Ansor, Fatayat, serta siswa di 30 sekolah menengah.
Para remaja, khususnya, juga menjadi sasaran utama dalam program ini.
Melalui pelatihan peer educator, remaja diharapkan bisa menjadi agen perubahan dalam menyebarkan pengetahuan tentang pencegahan stunting, baik di kalangan keluarga maupun teman sebaya.
Program ini bertujuan untuk memberikan mereka keterampilan agar dapat lebih aktif dalam menerapkan pola hidup sehat dan mengedukasi lingkungan sekitar.
Selain itu, penguatan kelembagaan Posyandu juga menjadi bagian penting dalam penanggulangan stunting.
Posyandu yang berfungsi sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di desa-desa diharapkan bisa lebih maksimal dalam menjalankan tugasnya dengan dukungan pelatihan dan penguatan kapasitas bagi kader dan pengelola Posyandu.
Dengan kolaborasi antara PBNU, Kementerian Kesehatan RI, dan masyarakat setempat, Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama berharap bisa memberikan kontribusi nyata dalam menurunkan angka stunting di Indonesia.
Pendekatan berbasis agama ini diyakini akan lebih mudah diterima oleh masyarakat luas dan memiliki dampak yang lebih signifikan dalam pencegahan stunting.
Harapan besar program pencegahan stunting berbasis agama ini adalah agar dapat menjadi model yang bisa diterapkan di berbagai daerah lainnya di Indonesia.
Dengan kolaborasi yang lebih solid, diharapkan angka stunting yang masih tinggi dapat segera diturunkan, menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat, produktif, dan siap menghadapi tantangan masa depan. ***