Bogor – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Institut Agama Islam Sahid (INAIS) Bogor bersama masyarakat Kampung Cisangku, Desa Malasari, Bogor melaksanakan program digitalisasi pembayaran bagi pelaku UMKM pada Kamis, (28/08/25).
Program digitalisasi pembayaran UMKM oleh KKNT INAIS ini memperkenalkan Quick Response Code Indonesian (QRIS) sebagai alat pembayaran yang praktis, aman, dan sesuai dengan adanya perkembangan zaman.
Kampung Cisangku dipilih oleh mahasiswa KKNT INAIS karena berada di jalur wisata Desa Malasari sekaligus menuju Curug Cidurian, Bogor Jawa Barat (Jabar).
Sosialisasi pertama dilakukan pada Jumat, (25/08/2025), kegiatan ini dipimpin Harun selaku penanggung jawab bidang ekonomi kreatif. Menurutnya, QRIS akan membantu UMKM desa agar lebih maju dan bisa melayani pembeli dengan cara yang lebih mudah.
“Kami ingin UMKM di Desa Malasari tidak tertinggal. Dengan QRIS, pedagang bisa lebih aman dan praktis dalam menerima pembayaran,” kata Harun.
Warga menyambut baik program ini. Para pedagang merasa terbantu karena wisatawan kini dapat berbelanja tanpa repot menggunakan uang tunai. Salah satu pedagang, Ibu Eneng, menyampaikan rasa syukurnya karena QRIS membuat pembeli lebih leluasa dalam bertransaksi.
Mahasiswa KKNT tidak hanya membuatkan QRIS, tetapi juga memberikan pendampingan. Setiap minggu mereka turun langsung mendampingi pedagang yang masih bingung menggunakan aplikasi, terutama dalam hal pencairan uang. Mereka juga mengingatkan pedagang agar tetap waspada jika terjadi kecurangan.
Sejak 25 Juli hingga 25 Agustus 2025, tercatat sudah ada 10 QRIS yang dibuat. QRIS tersebut dipasang di beberapa titik, mulai dari gerbang Desa Malasari hingga wilayah RW 04. Dengan begitu, wisatawan bisa lebih mudah berbelanja selama berkunjung.
Selain digitalisasi pembayaran, mahasiswa KKNT juga mengadakan program lain berupa pelatihan pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah. Program ini ditujukan untuk membantu ibu rumah tangga menambah penghasilan.
Ketua KKNT INAIS Desa Malasari, Aryo Saputra, berharap kedua program ini dapat memberikan manfaat nyata bagi warga.
“Kami ingin QRIS membantu UMKM menambah penghasilan, dan lilin aromaterapi bisa membuka peluang usaha baru bagi ibu-ibu,” ujarnya.
Bagi mahasiswa KKNT, kegiatan ini merupakan wujud nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat. Mereka ingin memberikan kontribusi langsung melalui inovasi sederhana yang bisa dirasakan manfaatnya.
Kini, pedagang di Desa Malasari tidak hanya mengandalkan pembayaran tunai, tetapi juga sudah siap menerima transaksi digital. Hal ini membuat suasana belanja di desa wisata menjadi lebih nyaman bagi pengunjung.
Program digitalisasi ini menjadi langkah awal untuk meningkatkan ekonomi desa. Warga semakin percaya diri bahwa kemajuan teknologi bisa berjalan berdampingan dengan kegiatan wisata dan usaha kecil mereka. ***