Bandar Lampung – DPRD Provinsi Lampung buka suara soal insiden lift jatuh di Sekolah Azzahra Bandar Lampung yang menewaskan tujuh orang pekerja bangunan.
Anggota DPRD Provinsi Lampung dari Fraksi Gerindra Mikdar Ilyas mendorong agar pemerintah serius dalam mengusut insiden kecelakaan kerja itu.
Yakni dilakukan dengan memeriksa pengawasan pelaksanaan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Termasuk juga dalam memperhatikan fasilitas yang ada di Sekolah Azzahra.
“Ini harus diusut dan dijadikan pembelajaran, jangan sampai kecerobohan ini terulang lagi di sekolah lain,” kata Mikdar Ilyas.
Sebab, menurut Mikdar Ilyas, masih banyak sekolah lain di Bandar Lampung yang memiliki fasilitas serupa.
“Masih banyak sekolah lain di Bandar Lampung, khususnya di sekolah yang lahannya sempit, sudah pasti pembangunannya akan vertikal naik ke atas,” kata Mikdar Ilyas.
Dengan demikian, diharapkan, tidak adalagi kecelakaan yang terjadi di lingkungan pendidikan.
“Karena yang terbiasa berkegiatan di sekolah adalah pelajar, sehingga jangan sampai kelalaian membahayakan para pelajar yang sedang menempuh pendidikan,” sebut Mikdar Ilyas.
Sutaji Bersyukur Lolos dari Insiden Maut Lift Jatuh
Sutaji merasa bersyukur dirinya lolos dari maut dalam insiden lift jatuh di sekolah Azzahra Bandar Lampung.
Seperti diketahui Sutaji adalah salah satu korban selamat dalam insiden lift jatuh di Sekolah Azzahra Bandar Lampung.
Sutaji mengatakan apa yang dialaminya akan menjadi kenangan yang tidak ia lupakan, dimana ia hingga saat ini masih bisa bernafas.
“Masih bisa hidup, masih bersyukur,” kata Sutaji, Kamis (6/72023).
Sutaji pun menceritakan bagaimana ia bisa selamat dari insiden maut yang menewaskan tujuh orang rekannya dan membuat sekarat satu rekan lainnya.
Sebelum kejadian, Sutaji mengatakan sembilan orang korban lift jatuh itu sedang bekerja di lantai lima Sekolah Azzahra Bandar Lampung untuk mengerjakan pembuatan lapangan olahraga.
Saat hendak turun untuk pulang, Sutaji diajak oleh teman-temannya untuk turun bersama dalam sebuah lift kecil, yang biasa digunakan untuk kenaikan barang bangunan saat dirinya bekerja.
“Saya masuk ke lift belakangan, karena saya awalnya tidak mau (ikut turun bersama), tapi karena terus diajak saya jadi ikut,” terang Sutaji.
Belum genap turun satu lantai, Sutaji merasakan getaran lift yang memang sudah ia rasa tak sanggup menopang beban kesembilan pekerja bangunan itu dan akan terjatuh bebas.
“Langsung kerasa getaran sebelum jatuh,” aku Sutaji.
Dan saat lift terjun bebas ke lantai dasar, Sutaji mengatakan semua pekerja bangunan yang ada di dalam lift berpasrah.
Mereka semua pasrah sambil berupaya mengkencangkan badan untuk bersiap atas benturan.
Tak seberapa ingat apa yang terjadi kemudian, Sutaji hanya mengingat jelas dirinya dalam kondisi setengah sadar berada di atas tumpukan badan rekan-rekannya yang ia tak ketahui mana temannya masih hidup dan mana yang tidak.
“Yang saya ingat, saya saat lift sudah di bawah, tau-tau badan saya sudah ada di atas teman-teman yang lain, seluruh badan juga sudah mati rasa,” ungkapnya.
Sementara terkait kondisi Sutaji yang mendapatkan perawatan di RS Bumi Waras Bandar Lampung sudah bisa berinteraksi dengan keluarganya yang merawat.
Akan tetapi, kondisi itu hanya bisa dilakukannya dari atas kasur.
Beberapa bagian tubuh Sutaji saat ini masih terlihat hitam memar akibat benturan.
Bahkan, tangan kiri dan kedua kaki miliknya diakui oleh Sutaji masih mati rasa dan tidak bisa digerakkan.
Sesekali Sutaji juga mengeluhkan kondisi pinggang dan pelipis kanannya yang kerap terasa nyeri. (Red/Adv)