Walikota Wahdi Apresiasi Film Yang Mengangkat Kearifan Lokal

Kota Metro – Walikota Metro mengapresiasi film garapan pemuda Kota Metro yang mengangkat kearifan lokal. Film yang digarap oleh Pemkot Metro melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Metro ini mengangkat kisah persatuan dalam perbedaan.

Salah satu kearifan lokal yaitu dalam mengenal tradisi adat Lampung Angken Muwaghi (angkat saudara) sebagai salah satu tradisi leluhur, Walikota Metro, Wahdi turut serta shooting sebagai aktor pada, Sabtu (18/03/2023).

Bertempat di Rumah Dinas Ketua DPRD Kota Metro, pembuatan film Tradisi Angken Muwaghi/Angkon Muwakhi ini bertujuan untuk menggambarkan Kota Metro sebagai daerah yang multikultur.

Dewasa ini isu SARA masih rentan berkembang pada daerah perkotaan. Rentannya perkotaan terhadap isu SARA adalah sisi lain dari komposisi masyarakat yang heterogen.

Dikesempatan ini Wahdi berperan sebagai Walikota yang memberi nasehat bagi calon yang akan melangsungkan pernikahan, calon pengantin tersebut adalah Ragah Natamenggala, anak dari Nizar Natamenggala anggota DPRD sekaligus tokoh masyarakat yang di perankan oleh Tondi Muammar Gaddafi Nasution disaat bersamaan tradisi adat Lampung Angken Muwaghi (angkat saudara) dilaksanakan.

Dengan terselenggaranya pembuatan film ini Wahdi berharap, supaya masyarakat bisa mengenal pentingnya menjaga tradisi atau budaya.

“Dengan Tradisi Angken Muwaghi ini kita belajar, pemakluman atas perbedaan konsepsi pikiran bukanlah hal mudah jika tidak memiliki jembatan penghubung. Bahwa pembauran antar etnis hanya dapat dijembatani melalui norma dan tradisi budaya yang berisi kearifan lokal. Lampung sebagai salah satu daerah yang multi etnis di Indonesia memiliki jembatan itu. Yaitu tradisi seangkenan ini,” tuturnya

“Upaya itu hanya dapat ditempuh melalui proses gradasi indoktrinasi berisi kaidah yang selaras dengan instrumen falsafah negara atau norma lokal (adat). Gradasi indoktrinasi akan memperoleh efektifitas jika pesan disampaikan melalui media yang dapat menampilkan pesan secara audio visual, melalui format penyampaian pesan berbentuk film,” lanjut Wahdi.

Di kesempatan yang sama turut dihadiri juga Wakil Walikota Metro, Sekertaris Daerah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta para pamong atau pemangku adat Kota Metro.

Diceritakan oleh Produser Film, Arif Surakhman tema besar film ini adalah Ragah Natamenggala, anak dari Nizar Natamenggala anggota DPRD sekaligus tokoh masyarakat, berteman dengan Kevin Lojaya etnis Tionghoa anak pemilik Toko Elektronik. Kevin merupakan anggota dari seni Barongsai di Kota Metro, memulai pertemanan dengan ragah karena pada satu peristiwa Kevin di-bully dan diperas anak jalanan, Ragah yang kebetulan keluar dari cafe membantu Kevin, karena ia pernah melihat Kevin saat belanja dari toko ayah Kevin.

Arif menambahkan bahwa maksud besar dari tujuan pembuatan film ini adalah tradisi Angken Muwaghi dapat menjadi tawaran formulasi dalam menyatukan perbedaan budaya pada masyarakat perkotaan. Umumnya penduduk kota memiliki komposisi masyarakat yang heterogen. Sisi lain dari beragamnya latarbelakang budaya adalah ketidaksamaan dalam melihat dan menilai prilaku orang yg berlainan budaya. Nah kesepemahaman dapat dilakukan melalui Angken Muwaghi. Yaitu mengangkat seseorang yang berada diluar dari keluarga, atau bahkan di luar budaya dan norma adatnya menjadi bagian dari keluarga.

Pada film bergenre fiksi drama ini Angken Muwaghi dipraktikan terjadi dengan Ragah Natamenggala yang merupakan suku Lampung, dengan Etnis Tionghoa bernama Kevin.

Siang tadi di rumah dinas adalah pengambilan plot film prosesi Angken Muwaghi antara Ragah dan Kevin yg menampilkan tradisi Nanjar (makan hidangan bersama) include dengan masakan khas Lampung seperti Sayur Pisro, Malbi, dan Gulai Balak. Selain itu ada pertunjukan gitar tunggal juga barongsai. Barongsai merupakan kesenian etnik Tionghoa yang masuk dalam pokok pokok kebudayaan daerah (PPKD) Kota Metro tahun 2018.

“Setelah film ini kami akan mendorong agar Sayur Pisro juga masuk pula pada PPKD, sehingga dapat diupayakan menjadi Warisan Budaya Tak Benda dari Kota Metro. Dan dapat menjadi kuliner khas yang akan memiliki kontribusi tersendiri bagi pengembangan pariwisata daerah di sektor kuliner,” kata Arif. (Red/Adv)