Madani News – Islam adalah rahmatan lilalamin. Arti Islam adalah tunduk, patuh dan penyerahan diri totalitas kepada kehendak Allah dan RasulNya. Orang yang memeluk Islam disebut muslim. Muslim adalah orang yang berserah diri totalitas (kaffah) kepada semua hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Islam memberikan bekal berupa peradaban kepada para pemeluknya baik pribadi, kelompok maupun organisasi dalam bentuk wadah yang lebih besar yaitu negara. Jika pribadi-pribadi dibekali dengan peradaban Islam, begitu pula kelompok-kelompok orang dibekali dengan peradaban Islam, niscahaya negara akan dipimpin oleh seorang pemimpin yang memiliki jiwa peradaban Islam yang mulia.
Peradaban berasal dari kata ‘adab’. Adab artinya sopan, santun, budi pekerti yang mulia. Berarti peradaban adalah merupakan seluruh perilaku sopan santun dan tata krama yang diwujudkan oleh Islam dari waktu ke waktu yang mencakup bidang kehidupan seperti ekonomi, politik, teknologi dan sosial serta hukum. Peradaban juga merupakan kumpulan identitas terluas dari seluruh usaha budi daya umat manusia yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia baik fisik maupun non fisik. Peradaban juga diwujudkan dalam bentuk kecanggihan manusia dalam menggunakan akal dan rasionalitas terhadap dogma baik dogma agama maupun dogma raja/kaisar atau pemimpin. Berbicara Islam dan peradaban, apa itu peradaban Islam?. Peradaban Islam dibangun berasaskan “Tauhidiyah Ilahiyyah”. Prinsip dan konsep tauhidiyah ilahiyyah merupakan harga mati bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini dan sekaligus sebagai pedoman dimanapun, kapanpun dan situasi apapun mereka berada tetap menjadikan sandaran tauhid sebagai pintu kebahagian baik di dunia maupun di akhirat.
Cikal bakal peradaban Islam dimulai dari hijrah kaum muslimin yang pertama pada tahun ke 7 sebelum Hijriyah/615 Masehi dengan 12 orang pria dan 4 wanita menuju negeri Habasyah/Abyssinia (Ethiopia) yang dipimpin Utsman bin Affan. Raja najasy menyambut dengan penuh suka cita dan menempatkan mereka di tempat yang cukup mulia. Para muhajirin tinggal selama 3 bulan dan mereka menunjukkan perilaku yang sopan, santun dan budi pekerti yang mulia sehingga raja Najasy tertarik dengan Islam dan masuk Islam. Peradaban Islam yang paling utama adalah peradaban di bidang hukum. Allah berfirman di surat Al-Baqarah, Ayat 38 yang artinya: Turunlah kamu (Adam dan Hawa) dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku (hukum atau undang-undang-Ku) kepadamu, maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Ayat di atas memberi isyarat kepada anak keturunan Adam , bahwa barang siapa yang menjunjung hukum Allah, maka dia tidak akan bersedih hati. Barang siapa yang mematuhi semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan Allah, maka dia tidak akan bersedih baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Surat Al-Qosas Ayat 77 Allah berfirman, “Pegang erat lah oleh kalian kampung akhirat dan janganlah kalian melupakan dunia dan berbuat baiklah kalian sebagaimana Allah selalu berbuat baik kepada kalian dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi ini, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan”. Dua ayat di atas memberikan petunjuk kepada umat manusia agar senantiasa berada pada hukum Allah.
Tanda kebesaran peradaban Islam ditandai dengan isro dan mi’roj Nabi Muhammad dari masjidil haram ke masjid aqsa dan dari masjid aqsa menuju sidrotul muntaha langit ke tujuh dengan dengan buroq (seekor burung) dan didampingi malaikat Jibril. Peristiwa isro mi’roj sebagai tanda kebesaran dan keagungan Allah SWT dan kemulian nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul dan perisitiwa ini sekaligus mempunyai dua ma’na. Pertama Allah menunjukkan kepada umat manusia bahwa kecanggihan teknologi yang telah dicapai oleh umat manusia khusus pada abad 21 ini tidak dapat mengalahkan kecanggihan teknologi Islam yang seorang manusia biasa (nabi) dapat menaiki langit ke tujuh hingga berjumpa dengan Allah SWT dan buroq seolah-olah sebuah pesawat canggih tidak dapat dilampaui kecanggihannya oleh peradaban manusia. Hanya satu manusia Muhammad SAW yang dapat menuju langit ketujuh dan berakhir di sidrotul muntaha dengan ditandai perjumpaan Rasulullah SAW dengan Tuhan-nya yang Maha Agung Allah SWT.
Berdasarkan peristiwa isro mi’roj menunjukkan betapa agung dan mulianya nabi Muhammad SAW dalam sejarah peradaban manusia. Dalam perisiwa isro mi’roj ada satu perintah Allah SWT kepada Nabi dan umat Islam untuk mendirikan sholat lima waktu. Perintah sholat lima waktu wajib dijalankan oleh setiap umat Islam sebagai manisfestasi ketundukkan kepada Pencipta. Banyak ayat Al-Qur’an yang menyuruh seorang muslim mendirikan dan menjaga sholatnya. Seperti surat Al-Baqarah, Ayat 43 berbunyi: Dan laksanakanlah sholat, tunaikan zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk. Ayat 45 : Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Dan shalat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Pelaksanaan sholat sudah dijelaskan oleh nabi dalam sunnahnya/praktiknya, yaitu dirikan sholat seperti kalian melihat aku (nabi) sholat. Sholat sebagai kunci untuk diterimanya amal kebaikan seorang muslim di hadapan Allah SWT. Jika sholatnya benar, maka semua amal sholehnya akan diterima oleh Allah dan jika sholat nya tidak benar maka semua amal sholehnya tidak diterima oleh Allah.
Satu sisi setiap muslim wajib mendirikan sholat dan satu sisi Allah menyuruh hambaNya untuk mengikuti setiap aturan Allah dan Rasul Nya yang terbaik. Allah berfirman dalam surat Al-Mulk , Ayat 1 dan 2. Juga ayat ayat lain yang menunjukkan kerjakan yang terbaik/paling baik. Seperti dirikan sholat 5 waktu tepat waktu jamaah di masjid dan sholat rowatib (qobliyah dan ba;diyah). Tentu ditambah perbuatan-perbuatan baik lainnya.
Peradaban Islam bukan hanya non fisik/spiritual, tetapi Islam menyuruh umatnya untuk menjadi yang terdepan dalam segala bidang kehidupan. Islam pernah Berjaya baik di negeri Arab sendiri maupun di benua Eropa di dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah Islam mencapai puncak kejayaan di bidang keilmuan kimia, fisika, astronomi (al-Khawarizmi bapak astronomi) , kedokteran (ibnu Sina/Avicenna) . Peradaban umat manusia dalam sejarahnya terbagi dua. Pertama, peradaban manusia yang tidak beriman kepada Allah. Kedua, peradaban manusia yang beriman kepada Allah. Sayid Qutub pernah mengatakan bahwa peradaban wajib berlandaskan keimanan kepada Pencipta.
Tahun 621 Masehi, seorang muslim Yastrib bersama 6 orang temannya sebagai utusan Kabilah Khazraj dan Aus mendatangi Nabi dan menyatakan masuk Islam. Mereka melakukan perjanjian di Aqobah 1. Isi perjanjian: “Kami tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Kami tidak akan mencuri, berzina, dan membunuh anak-anak Kami. Kami tidak akan saling mempfitnah satu sama lain dan Kami tidak akan mendurhakai Rasulullah SAW sebagai Nabi dan Rasul Allah SWT. Di tahun 622 Masehi, orang-orang Yastrib mendatangi Nabi kedua kalinya ini disebut Aqobah 2. Perjanjian ini diikuti oleh 75 orang Yastrib. Mereka berjanji dengan hal yang sama dan mereka akan menyebarkan Islam dan membela Islam sampai kapanpun dan dimana pun. Termasuk mereka kaum Yastrib akan setia kepada Allah dan Rasul-Nya. Kisah cerita setelah wafatnya Nabi, dan sebelum dimakamkan, kaum muslimin akan mengadakan pertemuan di Safiqah (balai Kota) bani Saidah. Pertemuan tersebut untuk bermusyawarah siapa yang layak dan tepat untuk meneruskan kepemimpinan Rasulullah SAW. Karena kaum Anshar merasa lebih berjasa dalam membela Nabi dan memperjuangkan Islam daripada golongan Muhajirin, maka kaum Anshar memilih Sa’ad bin Ubadah untuk melanjutkan kepemimpinan Nabi di Madinah. Kabar tersebut terdengar oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah, maka terjadi perdebatan, kaum Anshar tetap berpendirian mereka paling berhak dalam masalah kepemimpinan. Maka Abu Abaidah bin Jarrah berdiri dan berpidato:
“Sahabat-sahabatku dan kalangan Anshar, kalian pihak pertama yang menolong Nabi Nya dan membela Islam. Karenanya, janganlah kalian menjadi orang/kaum pertama memecah belah dan merusaknya”.
Setelah kaum Anshar mendengar pidato tersebut, mereka tersadar, lalu kaum Anshar membait Abu Bakar menjadi Khalifah kaum muslimin yang pertama dan kholifah kedua, ketiga dan keempat dipimpin oleh orang Quraisy Makkah (Muhajirin). Inilah peradaban yang dicontohkan oleh kaum Anshar yang tidak haus kekuasaan dan harta dunia. Sebelum peritiwa ini, sudah terjadi pada perang Hunain. Setelah perang Hunain, Nabi membagi harta rampasan perang (ghonimah) kepada orang-orang Makkah yang baru masuk Islam (muallaf). Kaum Anshar bertanya kepada Nabi, ya Rasulullah, mengapa ghanimah diberikan kepada kaum Makkah lebih banyak daripada kami orang Anshar? Nabi menjawab, bukankah Allah telah menyelematkan kalian dari siksa neraka, bukankah Allah telah memberikan Islam sebagai agamamu yang mulia, bukankah akhirat jauh lebih baik daripada harta dunia. Maka setelah Nabi berkata seperti itu, terdiamlah dan menangislah kaum Anshar.
Dalam sejarah peradaban Islam, kaum Anshar menurut penulis ini adalah kaum yang terbaik di sisi Allah dan dalam sejarah peradaban Islam, kaum Anshar tidak pernah berebutan kekuasaan apapun dan jabatan apapun. Bukankah dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah keduanya adalah keturunan orang-orang Quraisy atau Makkah.
Penulis : Dr. Azmi Siradjuddin, Lc., M.Hum (Dosen Pascasarjana IAIN Metro Lampung)