Cahaya dari Jalan Sunyi: Memaknai Peringatan Hari Literasi Bersama Aim

Uncategorized12 Dilihat

Banten – Di peringatan Hari Literasi Internasional, tepatnya pada tanggal 8 September 2025 hari ini, izinkan Ikal mencoba memaknai literasi menurut Ikal sendiri.

Aim, setiap langkahmu adalah perayaan sunyi yang tak pernah padam. Jalan yang tak ramai sorak-sorai, tapi penuh cahaya bagi siapa saja yang berani singgah dan belajar darinya. Engkau mengajarkan bahwa diam bukan berarti lemah, dan sunyi bukan berarti tiada arti.

Terima kasih, Aim. Engkau guru yang keras, bahkan kadang dianggap terlalu menuntut. Tapi justru dari ketegasanmu, kami menemukan nyala api yang tak kunjung padam. Teguranmu yang tajam bukan untuk menjatuhkan, melainkan untuk menguatkan.

Aku masih ingat saat harus jatuh-bangun memenuhi standar yang engkau tetapkan. Ada lelah, ada ragu, bahkan sempat ingin menyerah. Namun kini aku tahu, semua itu adalah jalan pendewasaan agar kami benar-benar paham: literasi bukan sekadar menulis, tapi perjuangan panjang melawan kemalasan dan kebodohan.

Dari tulisanmu, dari buku-buku yang kau lahirkan, hingga sabtu-sabtu penuh ilmu yang engkau isi tanpa lelah, kami belajar arti tau diri, mawas diri, dan percaya diri. Semua itu bukan sekadar kata, tapi bekal yang melekat sampai akhir hayat.

Menulis memang jalan sunyi. Tidak semua sanggup bertahan. Namun engkau, Aim, telah membuktikan bahwa kesunyian bisa melahirkan keabadian. Kata-katamu tak hanya hidup di kertas, tapi juga di hati kami yang pernah kau sentuh.

Engkau mengajarkan bahwa literasi bukan hiasan kata-kata indah. Literasi adalah laku. Ia adalah ibadah, yang membutuhkan sabar, ikhlas, dan berani. Tanpa itu, tulisan hanya menjadi tumpukan huruf tanpa nyawa.

Kita semua tau bahwa, Hari Literasi Internasional memang jatuh pada 8 September, tapi bagiku setiap hari bersamamu adalah hari literasi. Sebab engkau menjadikan membaca sebagai ibadah, menulis sebagai perjuangan, dan berbagi ilmu sebagai amal jariyah yang tak akan pernah putus.

Sejarah mencatat bahwa Hari Literasi Internasional dicetuskan UNESCO tahun 1966 sebagai gerakan melawan buta huruf. Namun sejarah kecil kami juga mencatat, Aim adalah pejuang literasi yang tak pernah berhenti, meski tanpa panggung, tanpa sorot kamera, dan tanpa plakat penghargaan.

Literasi memang butuh kemampuan berpikir, bahasa, dan budaya. Tapi lebih dari itu, literasi butuh teladan hidup. Dan engkau, Aim, adalah teladan itu, teguh, konsisten, dan tak goyah meski dunia sibuk dengan gemerlap yang fana.

Indonesia masih tertatih. Data PISA 2019 menempatkan negeri ini di peringkat 62 dari 70 negara soal literasi. Tapi engkau hadir, Aim. Engkau memilih jalan sunyi, terus menyalakan api harapan, dan membuktikan bahwa angka hanyalah data, sedangkan konsistensi adalah senjata.

Terima kasih, Aim. Karena engkau percaya, setiap kader, setiap pegiat, mampu tumbuh bersama literasi. Engkau membuat kami paham: jalan sunyi bukan alasan untuk berhenti, melainkan alasan untuk melangkah lebih jauh.

Selamat Hari Literasi, Aim. Jalanmu memang sepi, tapi cahaya darinya akan selalu abadi. Semoga keteladananmu bukan hanya dikenang, tapi diwarisi, dilanjutkan, dan diperjuangkan.

Dan untuk sahabat-sahabat Ansor yang punya kegiatan keansoran maupun giat literasi, mari kita bergerak bersama. Jangan sungkan untuk mengajak Ikal ikut serta, sebab setiap langkah kecil akan menjadi bagian dari cahaya besar literasi. Bisa hubungi langsung melalui nomor 083807504137.

Oleh: Aikal, Tim Kreatif Media Ansor Banten. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *