Kebangkitan Nasional 2025: Saatnya Bangkitkan Pendidikan, Sejahterakan Guru, dan Cerdaskan Bangsa

Banten, Opini1708 Dilihat

Oleh: Wakil Ketua ICMI Kota Serang Indra Martha Rusmana

Banten – Hari Kebangkitan Nasional yang kembali kita peringati pada 20 Mei 2025 seharusnya tidak sekadar menjadi seremoni pengibaran bendera atau nostalgia sejarah pergerakan Budi Utomo.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional adalah sebuah momentum kolektif dan reflektif bangsa untuk merenung, menata arah, dan membangkitkan kembali semangat perjuangan dan perubahan serta perbaikan dalam menghadapi tantangan kekinian. Salah satu sektor yang paling menentukan wajah Indonesia ke depan adalah pendidikan – karena di sanalah lahir pemikir, pelaku, dan pemimpin bangsa.

Bangkitnya sebuah bangsa selalu dimulai dari bangkitnya manusia-manusia yang tercerahkan. Maka, pendidikan adalah titik awal, sekaligus tulang punggung kebangkitan nasional sejati.

Pada Hari Kebangkitan Nasional kita menyaksikan adanya upaya pemerintah dalam membangun generasi yang unggul, di antaranya melalui program-program seperti Sekolah Garuda dan Makan Bergizi Gratis (MBG).

Keduanya membawa semangat besar: mencerdaskan dan menyehatkan anak bangsa. Sekolah Garuda hadir sebagai wajah pendidikan karakter dan keteladanan, sementara MBG menjawab persoalan gizi dan akses pangan anak-anak sekolah dari keluarga prasejahtera.

Program yang dikembangkan saat ini merupakan upaya transformasi pendidikan nasional, yang menjadi oase di tengah sistem pendidikan yang belum merata. Program ini tampil menginspirasi, menjadi simbol harapan, dan membuktikan bahwa pendidikan yang berdaya dan bermakna memang mungkin diwujudkan.

Namun, kita juga tak bisa menutup mata terhadap kenyataan bahwa masih banyak sekolah negeri di berbagai pelosok Indonesia yang menghadapi keterbatasan serius. Sarana prasarana yang kurang layak, akses teknologi yang minim, serta keterbatasan sumber daya manusia menjadikan kesenjangan pendidikan semakin terasa, hingga semangat belajar yang mulai meredup karena ketimpangan sosial dan ekonomi.

Kebangkitan nasional tidak mungkin terwujud tanpa kebangkitan sumber daya manusia – dan itu hanya bisa ditempuh melalui pendidikan yang adil, inklusif, dan bermutu. Sejarah pengelolaan pendidikan dan peradaban Islam telah menunjukkan, pada masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, masjid adalah pusat ilmu dan pembinaan karakter. Kini, sekolah dan lembaga pendidikan harus menjadi masjid-masjid modern yang mencetak manusia berakhlak, berilmu, dan berdaya saing global.

Di tengah semua itu, guru adalah ujung tombak yang justru sering diabaikan kesejahteraannya. Banyak guru honorer yang hidup dalam ketidakpastian, meski mereka memegang tanggung jawab mencetak generasi masa depan. Kompetensi guru juga perlu terus diperkuat, tak cukup hanya lewat pelatihan teknis, tetapi juga melalui pembinaan nilai, kolaborasi, dan ruang aktualisasi.

Maka, arah tujuan pendidikan Indonesia ke depan harus menekankan pada tiga hal penting:

Pertama, pemerataan kualitas pendidikan. Bukan hanya pembangunan infrastruktur, tetapi juga pemerataan kualitas guru, kurikulum, dan budaya belajar. Sekolah negeri, sebagai tulang punggung sistem pendidikan nasional, harus mendapatkan perhatian serius, baik dalam hal fasilitas, teknologi, maupun metode pembelajaran. Tidak boleh ada lagi dikotomi antara “sekolah unggulan” dan “sekolah seadanya.”

Kedua, penguatan kompetensi guru. Guru bukan sekadar pelaksana kurikulum, tetapi aktor utama yang menentukan arah perubahan di kelas, agar guru mampu menjadi agen perubahan yang visioner dan berdedikasi, maka pelatihan yang berkelanjutan, program mentoring yang berbasis praktik baik, serta ruang untuk inovasi harus diberikan secara sistematis.

Ketiga, peningkatan kesejahteraan guru. Mustahil kita berharap guru mencetak generasi unggul jika kebutuhan dasarnya belum terpenuhi. Kesejahteraan guru, terutama honorer, harus menjadi prioritas dalam anggaran dan kebijakan.

Keempat, sinergi lintas sektor, antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mengembangkan ekosistem pendidikan yang sehat dan berkelanjutan.
Karena kebangkitan nasional, sejatinya dimulai dari ruang kelas—dari tangan guru dan semangat murid—yang disiapkan untuk masa depan Indonesia yang lebih mulia.

Kita semua tahu, pendidikan yang bermutu akan menghasilkan SDM yang unggul, dan SDM yang unggul adalah fondasi bagi kebangkitan bangsa yang sesungguhnya. Oleh karena itu, mari kita jadikan Hari Kebangkitan Nasional 2025 ini sebagai momentum untuk menguatkan komitmen, memperbaiki kebijakan, dan bergerak bersama menuju pendidikan Indonesia yang lebih adil, bermutu, dan memerdekakan.

Harapan Kami:
Mari kita jadikan Hari Kebangkitan Nasional 2025 sebagai momentum mengokohkan kembali komitmen terhadap dunia pendidikan. Sudah saatnya kita bangkitkan pendidikan yang memanusiakan manusia, yang menjangkau semua kalangan, dan yang membebaskan anak-anak Indonesia dari belenggu kebodohan dan ketimpangan.

Karena sejatinya, kebangkitan nasional bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi menyiapkan masa depan dengan memastikan anak-anak negeri ini belajar di ruang kelas yang layak, dibimbing guru yang sejahtera, dan tumbuh menjadi manusia Indonesia yang cerdas, berkarakter, dan bermartabat. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *